Halaman

SELAMAT DATANG DI BLOG SEPRIADI KOTO

Senin, 07 November 2011

Realita Kampus (renungan)


Jika hari ini sejenak melihat ke kampus-kampus secara umum di Indonesia, kita akan menemukan sebuah gaya. Mahasiswa yang bersih, memakai dengan parfum dan wajah ceria, meneteng-nenteng tas, buku, map, laptop dan tak lupa sebuah handphone di tangan yang sibuk smsan, menelpon ataupun sekedar miscall. Kalau dibandingkan dengan universitas di luar negeri terutama Eropa, hanya dikampus-kampus Indonesialah yang ketika memasuki gerbang kampus, kita amat mudah menemukan kantin-kantin tidak seperti di Eropa, tentu yang paling mudah ditemukan adalah perpustakaan.
Di Indonesia halaman kampus ditata agar mahasiswa bisa bergerombol, di bawah pohon atau di bangku-bangku, tapi sayang fasilitas yang ada itu hanya dimanfaatkan untuk bergerombolan riuh ngobrol ngaur ngidul tak karuan. Lalu di luar perkuliahan?, lihatlah gelak tawa meledak-ledak dimana-mana seperti kegembiraan melihat masa depan yang cerah tanpa duka, dan seolah-olah seluruh masa depan adalah gampang, terbentang luas, seluas hamparan langit penuh dengan bunga-bunga. Tidak semua kampus memang, tapi jika kita pukul rata, secara umum gambaran seperti itu mudah ditemukan dimana-mana. Tidak di kampus swasta tidak di kampus negeri. Kelompok-kelompok “mahasiswa gaya” semacam ini, masih terus membayangi nasib masa depan negeri ini.
Maka lihatlah, ketika pengangguran terdidik meledak antri dimana-mana, karena kebingungan ilmu apa yang harus diterapkan untuk mengatasi realitas hidup yang ternyata jauh lebih sulit dibanding kuliah, setiap orang lantas menyalahkan Negara. Padahal Negara telah bersusah payah mensubsidi setiap mahasiswa (negeri) tak pandang bulu, baik “mahasiswa gaya” maupun “mahasiswa serius” tak pernah dibedakan. Miris bagi para “mahasiswa gaya” yang mendapat subsidi pendidikan anggaran negara telah mendapat subsidi negara dan tidak memanfaatkannya dengan benar.
Diluar subsidi yang diberikan Negara, nasib orang tua yang menyekolahkan anaknya penuh harapan, selalu saja menyambut pulang anak kesayangan dengan pertanyaan “Bagaimana kuliahmu?”, lalu diselipkan di saku baju anaknya sejumlah jerih payah hasil keringat banting tulang bekerja sambil berkata “Kembalilah nak! Belajarlah dengan tekun untuk bekal kelak engkau menghadapi hidup”. (from: teman_sejati)

1 komentar: